Rabu, 14 Maret 2012

Erosi Portio

BAB I
P E N D AH U LU A N
a. Latar Belakang
Servik uteri adalah penghalang penting bayi masuknya ke dalam genetalia interna. Dalam hubungan ini seorang nulliparadalam keadaan normalkanalis servikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium utero eksternum sudah lebih terbuka, batas ke atas dari daerah bebas kuman ialah ostium uteri internum.
Radang pada serviks uteri biasanya terdapat pada porsio uteri diluar ostium uteri eksternum dan/atau pada endoserviks uteri. Pada beberapa penyakit kelamin, seperti gonorea, sifilis, ulkus molle, dan granuloma inguinale, dan pada tuberculosis, dapat ditemukan radang pada serviks.
b. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan kami dalam membuat makalah ini adalah :
1. Tujuan umum : ingin mengetahui lebih dalam tentang erosi serviks.
2. Tujuan Khusus :
a. Ingin mengetahui tentang pengertian erosi serviks.
b. Ingin mengetahui etiologi erosi serviks.
c. Mengetahui tentang tanda gejala dan penanganan terhadap erosi serviks.


BAB II
PEMBAHASAN
E R O S I   P O R S I
a) Pengertian Erosi Porsio
Erosio porsiones (EP) adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah porsio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi dengan kuman-kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia /alat tertentu; umumnya disebabkan oleh infeksi.
Erosi porsio atau disebut juga dengan erosi serviks adalah hilangnya sebagian / seluruh permukaan epitel squamous dari serviks. Jaringan yang normal pada permukaan dan atau mulut serviks digantikan oleh jaringan yang mengalami inflamasi dari kanalis serviks. Jaringan endoserviks ini berwarna merah dan granuler, sehingga serviks akan tampak merah, erosi dan terinfeksi. Erosi serviks dapat menjadi tanda awal dari kanker serviks.
Erosi serviks dapat dibagi menjadi 3:
1) Erosi ringan : meliputi ≤ 1/3 total area serviks
2) Erosi sedang : meliputi 1/3-2/3 total area serviks
3) Erosi berat : meliputi ≥ 2/3 total area serviks.

b. Patofisiologi Terjadinya Erosi Porsio
Proses terjadinya erosi portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya IUD. IUD yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca, kemudian bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi / koalugasi membaran sel dan terjadilah erosi portio.
Bisa juga dari gesekan benang IUD yang menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan sel superfisialis terkelupas dan terjadilah erosi portio. Dari posisi IUD yang tidak tepat menyebabkan reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan terjadilah erosi portio.
Dari semua kejadian erosi portio itu menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase keganasan leher rahim. Selain dan personal hygien yang kurang IUD juga dapat menyebabkan bertambahnya volume dan lama haid darah merupakan medai subur untuk masuknya kuman dan menyebabkan infeksi, dengan adanya infeksi dapatmasuknya kuman dan menyebabkan infeksi.
Dengan adanya infeksi dapat menyebabkan Epitel Portio menipis sehingga mudah menggalami Erosi Portio, yang ditandai dengan sekret bercampur darah, metrorrhagia, ostium uteri eksternum tampak kemerahan, sekred juga bercampur dengan nanah, ditemukan ovulasi nabathi. (Winkjosastro, hanifa. Ilmu kandungan jilid I, YBPS-SP, Jakarta : 2005).

c. Penyebab erosi serviks :
1. Level estrogen : erosi serviks merupakan respons terhadap sirkulasi estrogen dalam tubuh.
a) Dalam kehamilan : erosi serviks sangat umum ditemukan dalam kehamilan karena level estrogen yang tinggi. Erosi serviks dapat menyebabkan perdarahan minimal selama kehamilan, biasanya saat berhubungan seksual ketika penis menyentuh serviks. Erosi akan menghilang spontan 3-6 bulan setelah melahirkan.
b) Pada wanita yang mengkonsumsi pil KB : erosi serviks lebih umum terjadi pada wanita yang mengkonsumsi pil KB dengan level estrogen yang tinggi.
c) Pada bayi baru lahir : erosi serviks ditemukan pada 1/3 dari bayi wanita dan akan menghilang pada masa anak-anak oleh karena respon maternal saat bayi berada di dalam Rahim
d) Wanita yang menjalani Hormon Replacement Therapy (HRT): karena penggunaan estrogen pengganti dalam tubuh berupa pil, krim , dll.
2. Infeksi: teori bahwa infeksi menjadi penyebab erosi serviks mulai menghilang. Bukti-bukti menunjukkan bahwa infeksi tidak menyebabkan erosi, tapi kondisi erosi akan lebih mudah terserang bakteri dan jamur sehingga mudah terserang infeksi.
3. Penyebab lain : infeksi kronis di vagina, douche dan kontrasepsi kimia dapat mengubah level keasaman vagina dan sebabkan erosi serviks. Erosi serviks juga dapat disebabkan karena trauma (hubungan seksual, penggunaan tampon, benda asing di vagina, atau terkena speculum)

d.  Gejala erosi serviks:
(1) Mayoritas tanpa gejala
(2) Perdarahan vagina abnormal (yang tidak berhubungan dengan siklus menstruasi) yang terjadi :
• Setelah berhubungan seksual (poscoital)
• Diantara siklus menstruasi
• Disertai keluarnya cairan mucus yang jernih / kekuningan, dapat berbau jika disertai infeksi vagina
(3) Erosi serviks disebabkan oleh inflamasi, sehingga sekresi serviks meningkat secara signifikan, berbentuk mucus, mengandung banyak sel darah putih, sehingga ketika sperma melewati serviks akan mengurangi vitalitas sperma dan menyulitkan perjalanan sperma. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infertilitas pada wanita.
e. Penanganan erosi porsio/erosi serviks
1) Memberikan albotyl di sekitar Erosio pada portio.
2) Melakukan penatalaksanaan pemberian obat.
• Lyncopar 3 x 1 untuk infeksi berat yang disebabkan oleh bakteri /streptokokus pneomokokus stafilokokus dan infeksi kulit dan jaringan lunak.
• Ferofort 1 x 1 berfungsi untuk mengobati keputihan
• Mefinal 3 x 1 berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Erosi Porsio ialah adanya sekitar ostiu uteri eksternum suatu berwarna merah menyala dan agak mudah berdarah.
b. Penyebabnya yaitu : infeksi pada masa reproduktif, keterpaparan suatu benda pada sat pemasangan AKDR, dan rangsangan luar maka epitel gampang berapis banyak dan porsio mati dan diganti dengan epitel silinderis canalis servikalis.
c. Patofisiologinya : Proses terjadinya erosi portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya IUD.
d. Tanda dan gejala nya yaitu :
(1). Mayoritas tanpa gejala
(2) Perdarahan vagina abnormal (yang tidak berhubungan dengan siklus menstruasi) yang terjadi :
• Setelah berhubungan seksual (poscoital)
• Diantara siklus menstruasi
• Disertai keluarnya cairan mucus yang jernih / kekuningan, dapat berbau jika disertai infeksi vagina
(3) Erosi serviks disebabkan oleh inflamasi, sehingga sekresi serviks meningkat secara signifikan, berbentuk mucus, mengandung banyak sel darah putih, sehingga ketika sperma melewati serviks akan mengurangi vitalitas sperma dan menyulitkan perjalanan sperma. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infertilitas pada wanita.
e. Erosi dapat disembuhkan dengan obat keras seperti AgNO3 10% atau Al Bothyl.

2. Saran
Sebaiknya sebagai tenaga kesehatan kedepannya kita lebih hati – hati dan teliti dalam melakukan tindakan kebidanan terhadap pasien agar dapat meminimalkan angka inveksi dan kecacatan pada klien dan juga hendaknya kita bisa menjaga kebersihan diri kita sendiri.

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “ H” DENGAN PERDARAHAN DI LUAR HAID (EROSI PORTIO)
DI RSUD SOSODORODJATO KOESOMOE POLI KANDUNGAN
BOJONEGORO

Tanggal : 21 Januari 2012                             Jam : 10.00 WIB
Data nSubyektif
Identitas Pasien
Nama Istri         : Ny “H”                 Nama Suami     : Tn “ I”
Umur         : 35 tahun                 Umur         : 40 tahun
Agama         : Islam                 Agama         : Islam
Suku / Bangsa     : Jawa / Indonesia             Suku / Bangsa : Indonesia
Pendidikan         : SMP                 Pendidikan     : SMP
Pekerjaan         :    -                     Pekerjaan     : Swasta
Penghasilan     : -                     Penghasilan     : Rp. 1.000.000,-
Alamat         : Ds. Sukorejo Rt.09/Rw.12  Bojonegoro        

Keluhan Utama
Ibu mengeluh rasa sakit pada daerah genetalianya setelah 1 minggu pemasangan IUD pada tanggal 12 Januari 2012, keluar darah dari kemaluannya dan terdapat keputihan yang cukup banyak.

Riwayat Haid
Menarche         : 13 Tahun
Siklus         : Tidak teratur
Lama         : 7 hari
Konsistensi     : Cair, Bau anyir khas darah
Flour Albus     : Setiap Hari warna kuning agak kehijauan
Disminorea     : Iya, hari pertama haid

Riwayat Perkawinan
Nikah         : 1 kali
Usia Menikah     : 20 tahun
Lama menikah     : 15 tahun
Jumlah anak     : 2 anak

Riwayat KB
Ibu mengatakan menggunakan alat kontrasepsi IUD sejak 1 minggu yang lalu.
Pola Kebiasaan Sehari – hari
Nutrisi     : Makan 3x sehari dengan porsi 2 piring nasi, sayur, dan lauk pauk. Minum air Putih + 7 gelas perhari
Eliminasi     : BAK + 5x/hari, BAB 1x/hari
Istirahat     : Tidur siang + 2jam/hari, Tidur malam + 8jam/hari
Kebersihan     : Mandi 2x/hari, Ganti baju dan celana dalam 2x/hari.

Keadaan Psikologi
Ibu mengatakan cemas dengan keadaan yang dialami.

Pengetahuan
Ibu mengatakan awal terjadinya keputihan adalah setelah memakai alat kontrasepsi IUD.

Data Obyektif
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum     :  baik
kesadaran         : compos mentis
Tanda – Tanda Vital
     TD      : 110/60 mmHg
S     : 37,5⁰C
R     : 19 x/menit
N     : 80 x/menit

Pemeriksaan Fisik
Muka         :  tidak pucat dan tidak oedem.
Mata         : Sklera putih, Conjungtiva tampak anemis
Ekstremitas     : Kuku  terlihat pucat.

Pemeriksaan inspekulo
Pada pemeriksaan terlihat vulva vagina tidak ada kelainan, portio terlihat merah menyala dan mudah berdarah, terdapat keputihan yang berbau.

ANALISA
Diagnosa      : Ny. H usia 35 th dengan erosi portio
Masalah     : Cemas, keputihan, nyeri abdomen dan rasa perih pada vagina
Kebutuhan   : Istirahat, personal hygien, nutrisi, dukungan psikologis, informasi tentang penyakit yang diderita.
Masalah potensial     : Cervisitis
PLANNING
1.    Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu. E/ Ibu tahu tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan
2.    Memberikan ibu antibiotik 500 mg 3x1 selama seminggu. E/ untuk mengurangi terjadinya infeksi.
3.    Memberikan ibu therapy albotyl. E/  untuk menjaga hygiene terutama daerah kemaluan
4.    Melepaskan   IUD E/ untuk mengurangi perdarahan dan nyeri .
5.    Menganjurkan Konsultasi dengan Dokter Sp.OG. E/ mendapatkan jalan keluar atau solusi untuk memecahkan masalah
6.     Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang  1 minggu kemudian. E/ untuk memantau perkembangan keadaan yang dialami.